Untuk pergi ke tempat ini, anda pergi ke Changi Point Ferry Terminal lalu naik kapal kecil, yang maksimal penumpangnya 12 orang, dengan tujuan Pulau Ubin. Ongkosnya SGD 2,5 per orang dan SGD 2,5 per sepeda. Jadi jika Anda membawa sepeda sendiri, anda harus bayar ongkos tambahan untuk sepeda Bagi anda tidak membawa sepeda sendiri, tidak perlu kuatir, karena banyak jasa sewa sepeda disini. Untuk sewa sepeda, anda perlu merogoh kocek sebesar SGD 10 per sepeda. Kalau datang rombongan, lebih murah jika menyewa sepeda tandem
Pulau ini disebut kampung terakhir di Singapura, sehingga kehidupan kampung masih begitu terasa di sini. Nuansa alam yang damai, udaranya yang bersih dan suara bising kendaraan bermotorpun jarang terdengar di sini. Makanan di sinipun lebih lezat ketimbang makanan yang ada di kota, mungkin karena sayurannya masih segar dan dagingnyapun bukan hasil karbitan seperti daging yang dihasilkan oleh peternakan komersil yang canggih.
Biasanya yang datang ke sini adalah turis-turis lokal atau orang-orang yang bekerja di Singapore yang ingin refreshing dan melepas stress dari hiruk pikuk kehidupan kota. Mereka ingin santai menikmati nuansa desa di Pulau Ubin ini dengan bersepeda mengeliling Pulau Ubin ini sambil menghirup udaranya yang segar. Ada juga yang datang untuk camping/berkemah di sini atau sekedar berjalan-jalan santai sambil berburu objek foto alam yang fantastis..
Legenda dan Sejarah
Pertambangan granit membuat beberapa ribu pemukim pada 1960an tinggal disini, namun sekarang tinggal sekitar 1.000 penduduk. Pulau ini adalah salah satu dari sangat sedikitnya pulau lepas pantai di Singapura yang tetap dihuni.
Ketika ada wabah flu burungdari Malaysia, maka pada 3 Juni2005, pemerintah Singapura memerintahkan bahwa seluruh petani yang memelihara unggas di pulau itu untuk dikapalkan ke tanah utama Singapura dan tinggal di perkebunan yang diakui pemerintah dari 17 Juni 2005. Dalam pertukaran itu, penduduk asli ditawari paket perumahan HDB, walau mereka dapat memilih tinggal di pulau itu.
Pulau Ubin merupakan salah satu wilayah terakhir Singapura yang telah dilindungi dari perkembangan kota, pemusatan pembangunan, dan sebagainya
Desa rumah dan dermaga kayu Pulau Ubin, penduduknya yang santai, margasatwanya yang kaya dan dilindungi, bekas pertambangan dan tanaman, dan sifat dasarnya yang tak tersentuh pada umumnya membuatnya jadi saksi terakhir "kampong" Singapura kuno yang ada sebelum masa industri modern dan rencana pengembangan.
Proyek pengembangan pemerintah pada pulau ini dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi kontroversial, meskipun pada akhir pembahasan telah menemukan solusinya yaitu melalui pengembangan yang dikontrol pemerintah.
Walau pengembangan terakhir sudah dibatasi hanya untuk pelebaran jalan kecil untuk sepeda, bangunan pelindung untuk pejalan dan fasilitas untuk pengunjung, dan juga sudah dilakukan secara bijaksana, namun hal ini telah mengubah wajah dan alam Pulau Ubin dari tak tersentuh menjadi terencana, dan hal ini membuka jalan untuk pembangunan masa depan.
Masa depan pulau ini ada di tangan orang-orang Singapura, namun statusnya sebagai saksi gaya hidup kuno kemungkinan akan lenyap dengan generasi "kampung" terakhir.
Obyek Wisata
Meski pulau ini menarik perhatian untuk pembangunan, tetapi dalam tahun-tahun terakhir ini, banyak pengunjung dari Singapura datang ke Pulau Ubin untuk perkemahan musim panas anak-anak dan kegiatan di luar rumah. Dan jumlah pengunjungnya dari tahun ke tahun semakin meningkat.
Selain wisata alamnya, seperti Bersepeda, jalan santai, camping/berkemah, mengamati burung, foto alam, memancing dan trekking, ada satu obyek wisata yang terkenal di pulau ini yaitu Tanjung Chek Jawa. Disini ada karang / koral yang masih asli dan sudah ada 5.000 tahun yang lalu, dengan sejumlah margasatwa laut, seperti kelinci laut, gurita, bintang laut, ikan, bunga karang, sotong dan sebagainya
Pengunjung dapat mengelilingi pulau ini dengan bumboat 10 menit yang berjalan dari dermaga Changi Village. Harganya ialah SGD 2 per orang